Semua ini bermula ketika Umar mengetahui keislaman adiknya, Fatimah. Sesaat setelah mengetahui hal tersebut, beliau langsung menuju rumah sang adik. Sesampainya di depan rumah adiknya, beliau mendengar adiknya samar-samar membaca sesuatu (lembaran Al-Qur'an).

Terkejut dan marah, Umar kemudian menyerang adik iparnya dan menampar pipi adiknya, Fatimah, hingga terluka.

Umar kemudian putus asa ketika melihat darah yang menetes dari wajah sang adik, akhirnya beliau menyesal dan merasa malu, beliau pun berkata, " serahkan kitab yang kalian baca, aku akan membacanya"

Beliau mulai dengan mengucapkan basmalah, kemudian beliau membaca ayat

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." (Q.S. Thaahaa:14)

Umar merasa kalimat itu sangat indah dan kemudian berniat untuk menemui nabi Muhammad, dan Allahu akbar, tokoh yang selama ini paling membenci Islam, justru jatuh cinta pada Islam dengan tangannya sendiri..lewat lembaran yg ia baca..😭

Kisahnya mungkin kurang lengkap yaa, kalo mau yg lengkap teman-teman bisa baca di sirah nabawiyah ^^.

pic from canva.com

Bismillahirrahmanirrahim

Menjadi muslimah di era milenial adalah satu tantangan yang hemm...lumayan gurih-gurih crunchy. Muslimah saat ini sudah menjadi bagian dari masyarakat luas. Orang-orang sudah menerima jilbab di banyak tempat di Indonesia, belakangan ini jilbab syar’i juga semakin diminati dan banyak muslimah yang memakainya untuk aktivitas sehari-hari. 

Namun dibalik fenomena ini terselip rasa gundah dalam diri saya. Karena sepertinya esensi jilbab seperti terkikis oleh perilaku sang pemakai sendiri. Ya, saya masih melihat ada muslimah yang berjilbab namun menggunakan riasan yang terlalu berlebihan. Saya sadar bahwa saya pun belum sempurna dan tidak menyatakan muslimah lain salah dan berdosa. Mungkin mereka menggunakannya karena tuntutan pekerjaan.

Disini saya hanya ingin berbagi perjalanan saya dalam ber-make up. Saya adalah muslimah yang baru akan menginjak usia 24 tahun. Saya memiliki masalah kulit wajah seperti jerawat, warna kulit tidak rata dan kulit berminyak. Pada saat remaja dulu saya sangat cuek terhadap wajah saya. Saya tidak pernah memakai bedak ketika ke sekolah. Sampai akhirnya ketika masuk kuliah saya mulai membeli beberapa produk perawatan kulit dan make up. Itu pun hanya berupa pembersih wajah, masker dan bedak.. Yaa wajar sih namanya juga baru lulus SMA belum berani pakai yang macem-macem hehe.

Kemudian saya mengenal lipgloss dan lipstick, saya pun membeli produk tersebut dan memakainya secara tipis saja. Seiring dengan kemajuan teknologi kecantikan dan arus deras dari youtube, mulailah saya tahu ada produk make up yang bernama foundation, eyeliner, shading, highlighter, blush on, mascara, de el el.

Dan saya pun akhirnya menjadi penasaran dan mulai membeli alat make up lain seperti foundation, eyeliner dan mascara. Namun sepertinya saya tidak cocok berkawan dengan mereka, saya selalu merasa tidak percaya diri jika mengunakan make up tambahan seperti itu. Saya juga merasa kerepotan jika harus menghapus make up dahulu sebelum berwudhu dan akhirnya saya memutuskan untuk kembali hanya mengunakan pelembab dan bedak saja.

Saya juga punya pengalaman tidak menyenangkan dengan lipstick, saya pernah khilaf ketika suatu hari saya menggunakan lipstick dan memolesnya terlalu tebal. Saat saya menaiki busway, saya merasa ada seseorang (laki-laki) yang selalu melihat ke arah bibir saya. Saat itu saya merasa sedih dan ingin menangis. Sejak saat itu saya mulai mengurangi menggunakan lipstick dan memilih menggunakan lipgloss saja.

Kemudian saya merasa kalau “makeup is not my thing”, saya pun akhirnya menjadi lebih serius untuk merawat wajah, agar wajah saya sehat sehingga tidak perlu lagi menggunakan make up tambahan. Saya rutin melakukan scrubbing dan memakai masker 2 kali seminggu. Saya pun berusaha menjaga pola makan dan pola tidur agar kondisi wajah saya membaik.

Disamping itu saya juga mulai sadar kalau hal yang saya lakukan ternyata termasuk ke dalam bentuk tabarruj, yaitu berhias untuk selain mahram. Saya sebelumnya tidak tahu apa-apa mengenai tabarruj, sampai akhirnya salah satu teman saya mengingatkan saya akan bahayanya tabarruj (untuk pengertiannya teman-teman bisa googling sendiri yaa, karena saya sendiri takut salah dalam penyampaian). Semoga Allah merahmati teman saya tersebut. Aamiin.

Kecantikan yang Allah anugerahkan kepada kita hendaknya tidak boleh diumbar sembarangan teman-teman, boleh diperlihatkan kepada mahram kita saja, khususnya buat suami kita nanti, hhe.

Jadi, untuk siapapun kamu yang membaca tulisan ini semoga bisa mempertimbangkan lagi dan bisa memulai untuk merawat dan menghias diri sesuai dengan ajaran Islam.  

As the title above, menjadi muslimah:)